Gen Z Indonesia (lahir sekitar tahun 1997–2012) tumbuh di era serba digital. Bagi mereka, investasi bukan hal menakutkan atau terlalu serius, justru jadi bagian dari gaya hidup produktif dan mandiri.
Dulu, investasi identik dengan orang berumur atau pengusaha. Tapi kini, berkat aplikasi digital, konten edukatif di TikTok & YouTube, dan kemudahan transaksi online, Gen Z bisa mulai investasi hanya dengan modal Rp10.000 – Rp100.000 saja.
Menurut survei dari OJK dan Katadata (2024), jumlah investor ritel di Indonesia didominasi usia 18–30 tahun, dengan peningkatan signifikan di sektor reksa dana, saham, dan kripto.
1. Reksa Dana: Pintu Masuk Paling Ramah untuk Pemula
Reksa dana adalah instrumen yang paling banyak dipilih Gen Z karena:
- Modalnya terjangkau (mulai dari Rp10.000 di platform digital).
- Dikelola profesional oleh manajer investasi, jadi cocok buat pemula.
- Tersedia berbagai jenis: reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan saham.
Gen Z biasanya memilih reksa dana pasar uang untuk jangka pendek dan reksa dana saham untuk jangka panjang. Keuntungan lainnya: proses pembelian & pencairan bisa dilakukan langsung lewat aplikasi fintech, seperti Bibit, Bareksa, atau Pluang.
Karakteristik: Risiko rendah–menengah, return stabil, cocok untuk belajar investasi.
2. Saham: Pilihan bagi yang Ingin Tantangan dan Keuntungan Lebih Tinggi
Setelah memahami dasar investasi, banyak Gen Z beralih ke saham karena lebih menantang dan punya potensi imbal hasil besar. Platform seperti Ajaib, IPOT, Stockbit, dan MOST kini memudahkan transaksi saham dengan tampilan visual yang mudah dipahami.
Gen Z juga lebih analitis dan cepat belajar — mereka memantau tren pasar lewat media sosial atau influencer keuangan sebelum membeli saham tertentu.
Namun, di sisi lain, masih banyak yang ikut tren tanpa analisis mendalam (FOMO), sehingga edukasi literasi keuangan tetap penting.
Karakteristik: Risiko tinggi, return tinggi, cocok untuk jangka menengah–panjang bagi yang siap belajar.
3. Emas Digital: Aman, Fleksibel, dan Bernilai Jangka Panjang
Emas masih jadi investasi klasik, tapi kini tampil dalam versi modern — emas digital.
Melalui aplikasi seperti Pegadaian Digital, Tokopedia Emas, atau Pluang, Gen Z bisa membeli emas mulai dari 0,01gram dan menyimpannya secara digital.
Keunggulannya:
- Nilai stabil dan mudah dijual kembali.
- Tak perlu tempat penyimpanan fisik.
- Cocok untuk tujuan jangka panjang (misalnya biaya kuliah, pernikahan, atau tabungan masa depan).
Karakteristik: Risiko rendah, return stabil, cocok untuk diversifikasi portofolio.
4. Aset Kripto: Risiko Tinggi, Tapi Daya Tariknya Tak Terbantahkan
Generasi digital-native seperti Gen Z merasa dekat dengan teknologi blockchain.
Kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dan Solana menarik perhatian mereka karena:
- Transaksi mudah lewat aplikasi seperti Pintu, Indodax, Tokocrypto.
- Potensi return tinggi (meski fluktuatif).
- Memberi kesan “masa depan finansial”.
Namun, OJK dan Bappebti terus mengingatkan bahwa investasi ini harus dilakukan dengan kesadaran risiko tinggi, dan jangan dijadikan sumber utama pendapatan.
Karakteristik:
Risiko sangat tinggi, cocok untuk investor berpengalaman dan berani mengambil risiko.
5. Crowdfunding Properti: Tren Baru yang Mulai Dilirik
Gen Z yang sudah mapan finansial mulai melirik investasi properti digital melalui platform crowdfunding seperti LandX, Dana Syariah, dan Bizhare.
Dengan modal mulai dari Rp1 juta, mereka bisa memiliki porsi kecil dari properti (apartemen, ruko, kos, atau proyek komersial).
Menariknya, investasi ini tidak hanya menghasilkan return dari kenaikan nilai properti, tapi juga bagi hasil sewa.
Selain itu, sektor properti dianggap lebih stabil dibanding aset spekulatif.
Karakteristik: Risiko menengah, return jangka menengah–panjang, cocok untuk diversifikasi.
Tren yang Muncul dari Cara Gen Z Berinvestasi
Dari berbagai instrumen tadi, muncul beberapa pola menarik:
- Digital-first mindset: semua dilakukan lewat aplikasi.
- Fokus pada fleksibilitas: bisa dimulai kecil, dicairkan cepat.
- Suka transparansi: platform dengan fitur edukasi dan laporan performa lebih disukai.
- Investasi = gaya hidup: Gen Z tidak malu membicarakan investasi di media sosial — malah jadi tren positif.
Gen Z Mendorong Era Baru Literasi Keuangan Indonesia
Gen Z bukan hanya generasi yang suka mencoba hal baru, tapi juga mendorong budaya melek finansial di Indonesia.
Mereka tidak takut risiko, tapi juga makin sadar pentingnya perencanaan dan diversifikasi.
Instrumen seperti reksa dana, saham, emas digital, kripto, dan properti crowdfunding menunjukkan bahwa investasi kini bukan lagi hal eksklusif, melainkan bagian dari keseharian anak muda yang ingin masa depan finansial lebih baik.
Intinya: Gen Z tidak sekadar ikut tren investasi — mereka sedang membentuk masa depan finansial bangsa.